Proses Control - Analisa Kehilangan Oil Dan Kernel Losses

 https://www.smaspeman99.com/2021/11/proses-control-analisa-kehilangan-oil.html

Analisa kehilangan minyak dan kernel sawit dilakukan untuk mengetahui berapa banyak minyak dan kernel yang terbuang bersama pada saat proses produksi. Sampel diambil dari setiap jam sekali dan dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan, kemudian dikomposisikan atau dicampur sesuai dan dianalisa. 

Analisa ini juga untuk mengetahui kinerja dari mesin apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Hasil dari analisa ini selanjutnya akan dilakukan tindakan apabila nilai dari analisa berada diatas batas standart. Untuk batas standart analisa tersedia pada tabel berikut:

* Effisiensi Ripple Mill

Analisa efisiensi ripple mill dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dari masing-masing ripple mill. Tingkat efisiensi ripple mill dalam proses pemecahan nut, apakah dapat memisahkan kernel dengan utuh dari cangkangnya atau tidak. Batas standart nilai dari analisa efisiensi ripple mill kernel pada Pks adalah 95 %.

* Kualitas Air Boiler

Dilakukan uji kualitas air boiler setiap 2 jam sekali. Juga beberapa parameter yang digunakan sebagai kontrol pada air boiler.

* Penyimpanan dan penimbunan

Minyak sawit sebelum dilakukan pengiriman harus disimpan dalam tangki timbun. Temperatur penyimpanan yang tidak terkontrol dan melebihi 60 °C menyebabkan terjadinya oksidasi dan hidrolisis. Akibatnya, kualitas minyak akan menurun. Pembersihan tangki dilakukan secara teratur satiap 6 bulan sekali agar air atau kotoran tidak terikut saat pengiriman. 

Untuk inti sawit yang ditimbun di tempat yang tidak sesuai dengan standart pergudangan bisa merangsang tumbuhnya mikroba dan mengakibatkan terjadinya proses fermentasi sehingga bisa mengurangi kualitas minyak yang terkandung dalam inti sawit.

* Pengendalian mutu produk akhir

CPO yang diproduksi oleh Pks perlu dilakukan pengawasan terhadap mutu agar pemenuhan terhadap standar yang telah ditentukan dapat berjalan dengan baik dan kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Pengendalian mutu pada CPO meliputi proses penyimpanan (storage) dan kandungan yang terdapat pada CPO (FFA, moisture, dan dirt).

Penyimpanan CPO di PKS Suayap berjumlah 3 unit, satu diantaranya PKO masing-masingg dengan kapasitas 2000 MT, dengan menggunakan sistem pemanasan menggunakan steam koil untuk menjaga viskositas minyak dan mencegah kerusakan pada minyak. Sistem koil dipilih agar minyak yang disimpan dalam storage tidak bergejolak ketika dipanaskan. Perhitungan rendemen pengolahan CPO juga dilakukan ketika CPO dalam storage dengan cara sounding. 

Sounding dilakukan dengan menggunakan sounding meter melalui bagian atas tanki storage oleh analis dan disaksikan asisten laboratorium Pks. Terdapat beberapa tempat yang perlu diambil sampel untuk menganalisis kandungan dalam CPO diantaranya oil produksi, oil dalam storage tank, dan pengiriman atau despatch CPO. Pada umumnya, analisa kandungan CPO meliputi: 

Free fatty acid (FFA)
Kadar ALB merupakan salah satu indikator mutu minyak yang sangat cepat mengalami perubahan selama proses berjalan. Mutu suatu minyak sawit bisa dikatakan bagus jika kadar ALB nya memenuhi standar ketetapan konsumen (< 3,50 %). Peningkatan kadar ALB sangat berpengaruh pada ketika TBS dipanen sampai diolah di pabrik. Peningkatan kandungan ALB ini di sebabkan terdapatnya reaksi hidrolisa pada TBS maupun minyak yang sedang diolah. Jika kita membahas mengenai persoalan ALB, maka tentu tidak akan lepas pada kualitas TBS yang diolah. 

Sistem pemanenan yang dilakukan di areal pertanaman Pks bisa menjadi faktor yang mempengaruhi kenaikan kadar ALB pada TBS, hal ini misalnya pemanenan yang kurang tepat pada tingkat kematangan buah (terlalu matang), sistem panen yang tidak langsung dikirim ke pabrik untuk diolah (restan) dan juga waktu kirim TBS yang terlalu lama dari kebun menuju pabrik. Semuanya faktor tersebut sangat mempengaruhi kenaikan kadar ALB pada TBS sehingga nantinya akan berpengaruh pada mutu minyak yang dihasilkan. 

Sistem pemanenan yang dilakukan di Pks adalah panen, angkut, olah dan kirim atau FIFO (First in First Out). Hal ini dilakukan dengan tujuan salah satunya adalah untuk menghindari kenaikan kadar ALB pada TBS karena buah menginap (restan). 

Beberapa faktor yang mempercepat terjadinya ALB sesudah tandan dipotong dan sebelum direbus yakni:
1. Banyak buah yang rusak (Pemanenan dan pemuatan yang kasar)
2. Banyak buah yang lepas (memberondol / over ripe)
3. Lamanya pengangkutan,
4. Pengumpulan buah yang tertunda.

Adapun faktor lainnya yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar ALB, yakni pada proses pengolahan. Adapun titik proses pengolahan yang dapat meningkatkan nilai ALB, iadntaranya: sortasi, perebusan, tangki pemurnian dan tangki timbun. Misalnya pada proses sortasi, jika kegiatan sortasi tidak sesuai dengan kriteria mutu TBS yang dikehendaki maka dapat menyebabkan tingginya kadar ALB pada minyak yang dihasilkan. Pada proses ini kejelian dan pengetahuan karyawan mengenai criteria mutu TBS sangat mendukung untuk menghindari tingginya kadar ALB minyak.

Pada proses perebusan dapat meningkatkan kadar ALB, hal ini dikarenakan jika proses perebusan tidak sesuai dengan standar perebusan yang ditentukan pabrik maka masih ada kemungkinan terjadi aktivitas enzim yang tidak mati oleh perebusan. Kebersihan alat perebusan dan lori juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar ALB karena tempat yang kotor bisa menjadi sumber mikroba yang menghasilkan enzim penghidrolisis minyak. Pada titik ini faktor alat dan manusia yang perlu dikontrol secara ketat untuk menghindari penurunan mutu minyak.

Pada titik tangki pemurnian dan tangki timbun juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar ALB karena pada tangki penimbunan ini akan terjadi pencampuran minyak lama kadar ALB berbeda dengan yang baru diproses. Kebersihan tangki juga bisa menjadi tempat sumber pertumbuhan mikroba penghasil enzim pemecah minyak. Hal ini diperlukan receycling tiap beberapa jam untuk membuang sisa kotoran dan air pada tangki.

FFA atau asam  lemak bebas merupakan salah satu komponen dalam CPO yang mempengaruhi kualitas CPO dan berpengaruh pula terhadap permintaan konsumen dan harga jualnya. Analisa FFA pada CPO dilakukan dengan titrasi asam basa. Standar maksimal nilai FFA pada CPO yang ditetapkan oleh PKS yaitu < 3,5%. 

Moisture (kadar air)
Kandungan air dipengaruhi oleh perlakuan di pabrik juga pada penimbunan. Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka tingginya kadar air CPO umumnya disebabkan oleh perlakuan dalam proses pengolahan di pabrik maupun ketika penimbunan CPO. 

Kandungan air merupakan karakteristik mutu yang sifatnya sangat melekat pada proses pengolahan.
Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan-penambahan air pada beberapa stasiun pengolahan kelapa sawit, proses pemisahan air dari minyak yang tidak sempurna pada stasiun klarifikasi serta proses pengeringan yang tidak sempurna pada vacum dryer selama dalam proses pengolahan kelapa sawit di Pks. Selain itu, kondisi pabrik juga mengakibatkan kinerja mesin atau peralatan pada setiap stasiun pengolahan menjadi rendah, yang pada akhirnya akan menyebabkan kadar air menjadi tinggi. 

Dirt (kotoran)
Kadar kotoran dipengaruhi oleh perlakuan setelah pemanenan, pada waktu buah dipanen dan keadaan tanah adalah basah maka kemungkinan besar buah akan banyak dipenuhi lumpur. Hal ini tidak dapat ditangani dengan membersihkannya menggunakan air karena dikhawatirkan menimbulkan masalah baru yang akan muncul seperti meningkatnya kadar ALB. 

Pada proses pemurnian dilakukan pemisahan kotoran, air dan minyak. Jika proses pembersihan kotoran tidak dilakukan dengan rutin maka bisa meningkatkan kadar kotoran minyak, sehingga perlu dilakukan drain tiap beberapa jam minimal setiap pergantian shift untuk mengeluarkan kotoran maupun air dari tangki.

Kadar kotoran untuk produk inti sawit (kernel) berupa cangkang yang melekat pada inti, serabut buah dan batu kerikil. Penyebab tingginya kadar kotoran yang terjadi pada inti sawit dapat diakibatkan karena mesin, kebersihan alat, dan metode kerja. Misalnya saja yang terjadi pada mesin Ripple Mill yang berfungsi untuk memecah cangkang sawit jika cara pengoperasiaannya tidak sesuai dengan SOP maka dapat mengakibatkan tidak sempurnanya cangkang yang terpecah sehingga masih ada sisa yang melekat pada kernel dan dihitung sebagai kadar kotoran. 

Kemudian jika blower yang dijalankan tidak sesuai dengan petunjuk kerja maka bisa jadi batu-batu yang kecil dan serabut ringan akan ikut terhisap menjadi kotoran. Hal ini akan berhubungan dengan faktor manusia karena manusia yang menjalankan mesin sesuai dengan petunjuk penggunaan mesin, jika penggunaan mesin tidak benar maka bisa mengakibatkan pada penyimpangan kualitas produk yang dihasilkan.

Sampling
Sampling diperlukan untuk melakukan monitoring terhadap proses produksi sehingga diperoleh hasil produksi yang standart, selain itu juga digunakan untuk mendapatkan efisiensi penggunaan material dan bahan baku. Hal yang harus diperhatikan dalam sampling adalah sample yang diambil harus betul-betul mewakili objek secara keseluruhan sehingga jumlah sample, waktu pengambilan sample dan juga titik-titik pengambilan sample perlu mendapat perhatian serius.

Sampling Stock CPO
Sampling dari tangki timbun (storage tank) dan atau palka kapal
Ketika mengawali pengambilan sample, untuk minyak sawit mentah harus lebih dahulu dipanaskan dalam suhu 45-60°C dengan memakai steam pemanas (heating coil), sampai minyaknya mencair. Untuk contoh diambil dari tangki timbun dan maupun palka kapal. Pada level minyak yang mau diambil sebagai sample, tali penghubung penutup ditarik sampai minyak masuk pada tabung. 

Sesudah penuh, tali penghubung dikendorkan dan tabung diangkat. Pengambilan contoh berbeda-beda (atas, tengah, dan bawah), kecuali bila isinya pada posisi kurang atau sama dengan ¼ dari ketinggian tangki, maka pengambilan contoh dapat diambil pada bagian atas dan bawah saja. 

Untuk contoh tersebut dicampurkan serta diaduk rata, lalu diambil minimum satu kilogram untuk dianalisa. Sampling dari mobil tangki. Pada unit yang masuk serta keluar dari mobil tangki (road tanker) harus diperiksa terlebih dahulu dan harus dalam keadaan tersegel. Pengambilan sampling dilakukan pada bagian atas dan bawah.